PELESTARIAN BUDAYA MANYIPET PADA SUKU DAYAK

PELESTARIAN BUDAYA MANYIPET PADA SUKU DAYAK

Oleh : Mei Liwati

 

Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya, bermacam-macam budaya yang ada di Indonesia. Indonesia sangat luar biasa kebudayaannya bahkan setiap budaya menjadi ciri khas atau ikon daerah masing-masing. Sekarang ini setiap daerah berusaha untuk melestarikan budaya dan nilai luhur yang ada di daerah mereka. Macam-macam cara yang dilakukan tujuannya untuk mempertahankan budaya dan nila-nilai luhur nenek moyang mereka yang belum punah atau hilang.

Maka dengan perbedaan budaya ini membuat daerah tersebut berlomba-lomba untuk pelestarian budaya, untuk mempertahankan identitas budaya secara sosial daerah tersebut. Sebab dari itu keragaman budaya yang ada di Indonesia tidak bisa dipungkiri keberadaanya. Tidak sedikit kebudayaan yang ada pada daerah tersebut memiliki nilai yang begitu merekat dalam kehidupan masyarakat sekitar, maka dari itu budaya tersebut menjadi sakral di daerah itu sendiri.

Menurut Harvianto (2019:18) mengatakan bahwa setiap budaya memiliki norma atau aturan masing-masing yang mengatur kehidupan sosialnya sehingga akan menciptakan lingkungan dan karakter individu yang berbeda. Hal ini lah yang menyebabkan setiap individu mempunyai ciri khas yang sesuai dengan budayanya. Selain keanekaragaman budaya, setiap daerah pasti memiliki nilai-nilai leluhur yang mereka dapat dari nenek moyang mereka terdahulu, terkhususnya di suku dayak. Contoh nilai-nilai leluhur yang ditinggalkan adalah berupa gambar, atau simbol tertentu. Nilai-nilai tersebut yang dijadikan beberapa masyarakat sebagai landasan dasar keyakinan untuk melakukan kebaikan. Oleh karenanya, mereka merasa dengan mengamalkan nilai-nilai kehidupan yang dicontohkan leluhur mereka terdahulu akan mendatangkan kebahagian dan kesuksesan.

Secara tidak langsung budaya menjadi sebuah tolok ukur di dalam kehidupan berinteraksi antar masyarakat. Budaya dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan perkembangan jaman, sehingga ada beberapa budaya dari nenek moyang yang akhirnya punah karena dianggap sudah tidak sesuai dengan kebutuhan perkembangan jaman.

Khusus di Palangka Raya ada sebuah fakta yang sangat menarik, dimana adanya hubungan yang kuat antara budaya dayak, nilai-nilai luhur dayak yang sampai sekarang masih saja melekat. Terkhususnya di kota Palangka Raya terdapat beberapa acara atau kegiatan yang dilakukan untuk melestarikan budaya dayak dan nilai-nilai luhur dayak melalui berbagai macam kegiatan lainnya. Di antaranya yaitu sebuah budaya Manyipet suku dayak. Budaya ini sudah lama dilakukan, tetapi jarang pada zaman sekarang kita temui anak-anak muda yang bisa mengembangkan bakat tersebut.

Banyak anak-anak muda yang ada di Palangka Raya ini tidak mengenal budaya dayak itu sendiri. Hal ini di karenakan berkurangnya minat dan bakat banyak orang yang mengemari hal tersebut. Budaya Manyipet sangat jarang kita dengar dan kita lihat secara langsung, kecuali dalam hari-hari dan perayaan tertentu, itu juga menjadi salah satu akibat kurangnya anak anak muda sekarang mengenal budaya salah satunya budaya Manyipet.

Manyipet merupakan sebuah senjata utama selain Mandau bagi suku Dayak. Yang di mana senjata ini merupakan salah satu jenis senjata yang digunakan suku Dayak untuk berburu binatang di hutan. Banyak dari kita yang tentunya tidak mengetahui akan hal tersebut. Karena sebagian besar dari kita mereka hanya ingin tahu tetapi tidak ingin memahami maksud dan makna dari Manyipet itu sendiri.

Dari pernyataan tersebut, kita di ajak untuk lebih mendalami tentang Pelestarian Budaya Manyipet pada Suku Dayak. Dengan adanya penelitian ini maka akan diketahui seberapa besar kontribusi yang dijadikan sebagai instrumen untuk menjaga atau melestarikan budaya Manyipet pada suku Dayak terkhusus di kota Palangka Raya.

Sebelum kita mencari tahu tentang budaya-budaya orang lain, akan lebih baik jika kita mencari tahu tentang budaya kita sendiri, budaya yang ada di Indonesia. Ada banyak adat budaya yang masih belum kita ketahui, mari kita mencari tahu sama-sama budaya apa saja yang masih membeku sampai sekarang dan belum pernah di kenali banyak orang. Mari kita kembangkan itu semua, dan jangan sampai kita menjadi orang asing di negara kita sendiri.

 

Tentang Penulis:

Mei Liwati, lahir di Mintin pada 31 Mei 2002. Penulis merupakan mahasiswi jurusan manajemen angkatan 2020 di FEB UPR. Penulis dapat dihubungi melalui e-mail : meily3105@gmail.com atau ig : @ meili_3102